BOOKING TIKET PESAWAT

kebijakan

kebijakan. Info sangat penting tentang kebijakan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai kebijakan

kebijakan. Pulau Bunyu Kalimantan Timur. Beberapa waktu lalu untuk yang ke sekian kalinya dunia kembali dihantam resesi ekonomi. Musibah ini benar-benar mengguncangkan kondisi perekonomian di hampir semua negara. Hingga kini situasi itu masih tetap terasa. Dunia usaha menjadi kurang bergairah yang mengakibatkan barisan kebijakan PHK terus menimpa para pekerja di banyak perusahaan. Dan ini juga sangat dirasakan di Indonesia. Negara-negara maju dengan struktur ekonomi yang tangguh bisa limbung terkena dampak resesi ini, apa lagi Negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Tapi ternyata ada beberapa Negara yang hanya sedikit terpengaruh dengan gelombang resesi ini. Mereka bisa cepat bangkit dan lolos dari resesi. Tidak berkepanjangan terpuruk dalam resesi. Bahkan masih bisa meningkatkan, setidaknya mempertahankan angka pertumbuhan perekonomiannya. Misalnya negara-negara yang disebut-sebut sebagai BRIC. BRIC ini merupakan singkatan nama empat Negara. Yaitu Brasil, Rusia, India, dan China. Kerja sama diantara mereka melahirkan gerakan revolusi baru yang mengisyarakan bakal menyaingi negara-negara G-7.

Jim O`Neill, seorang ekonom dari Goldman Sachs, adalah orang yang pertama kali melontarkan istilah BRIC untuk merangkai empat negara besar --Brasil, Rusia, India dan China-- pada 2001. Gabungan ekonomi empat negara besar itu pada tahun 2050, dalam prediksi ekonom bank investasi tersebut akan mampu mengalahkan ekonomi negara-negara makmur saat ini yang tergabung dalam G-7 (AS, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada dan Jepang).

Prediksi O`Neill tersebut dianggap biasa saat itu karena masih lama dan gagasan itu hanyalah torehan di atas kertas saja. Namun dalam realita, ide O`Neill ini menjadi semacam inspirasi negara BRIC untuk bangkit. Terlebih di tengah kondisi krisis keuangan global, ternyata negara industri maju mengalami kegoncangan karenanya dan menderita resesi ekonomi, sementara BRIC mampu sintas dari badai finansial. Dua negara, China dan India, di tengah krisis yang berlangsung sejak kuartal akhir 2008 itu menunjukkan tetap tumbuh positif perekonomiannya, sementara Rusia dan Brasil sempat terkena kontraksi, namun cepat pulih.

Realita tersebut semakin mematangkan para pemimpin empat negara untuk mewujudkan ide BRIC dalam kebersamaan mendesakkan perubahan tata ekonomi dunia baru terus intens dan bersuara lantang. Dimulai dari pertemuan tingkat menteri selama sepekan, akhirnya terwujud pertemuan puncak BRIC di Yekaterinburg, Rusia, pada 16 Juni 2009. Meski hanya beberapa jam saja, empat negara BRIC mulai meletakkan batu fondasi pertamanya sebagai kelompok atau blok, meski belum dalam bentuk formal.

Dengan dihadiri para pemimpin negerinya, Luiz Inacio Lula da Silva (Presiden Brasil), Dmitry Medvedev (Presiden Rusia), Manmohan Singh (PM India), dan Hu Jintao (Presiden China), pertemuan resmi pertama kali itu menyerukan perubahan sistem keuangan global, di antaranya standar mata uang perdagangan dunia yang saat ini dipegang dolar AS, reformasi IMF termasuk keranjang mata uangnya (Special Drawing Rrights, SDR), dan perluasan negara dalam pengambilan keputusan ekonomi global yang tidak hanya G-7.

"Empat negara ini sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi internasional. Karena itu jika BRIC mengangkat beberapa usulan dan inisiatif, hal itu masuk akal," kata Wu Hailong, pejabat Deplu China. Hal senada juga dikemukakan Penasihat Ekonomi Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Arkady Dvorkovich, bahwa Rusia mengusulkan perlunya saat ini adanya perubahan pada sistem keuangan dunia dan secara khusus perubahan mata uang transaksi global dolar AS.


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger