BOOKING TIKET PESAWAT

teman-teman

teman-teman. Info sangat penting tentang teman-teman. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai teman-teman

Bisnis Tiket Pesawat Terbang, rute penerbangan, jadwal penerbangan". Apa yang kita rasakan saat mencoba melakukan sesuatu yang baru? Sesuatu yang sebelumnya sama sekali belum pernah kita lakukan tapi memang sangat ingin kita lakukan. Perasaan seperti ini mungkin mirip yang dialami oleh kebanyakan anak laki-laki yang akan disunat. Mereka ingin sekali untuk segera disunat (khitan) tapi ragu-ragu karena membayangkan proses pengkhitanan itu. Mungkin karena pernah melihat temannya yang menangis saat dikhitan. Itu pasti sakit, fikirnya. Untuk menghindari perasaan seperti itu, di banyak tempat di Indonesia, dulu para orang tua sering memberikan hadiah kepada anak laki-laki mereka yang sudah berani untuk dikhitan. Umumnya tradisi itu masih berjalan sampai sekarang. Ini membuat anak-anak menjadi lebih berani untuk dikhitan walaupun mereka tahu saat dikhitan nanti mereka akan mengalami kesakitan. Dalam situasi yang sama, meskipun hal yang dihadapi berbeda, kita pun selalu mempunyai perasaan seperti itu. Kita berani mencoba sesuatu yang baru karena iming-iming keberhasilan yang sudah lebih dulu kita bayangkan. Tapi sering kali juga kita takut untuk mencoba karena sudah membayangkan betapa tidak enaknya jika terjadi kegagalan.

Membaca kalimat-kalimat diatas, banyak orang yang menyimpulkan bahwa ada dua jenis sikap dalam menghadapi suatu pilihan yang baru. Pertama, berani bertindak yang bisa menghasilkan keberhasilan atau kegagalan. Yang kedua, diam saja, tidak berbuat apa-apa yang tentu saja tidak menghasilkan apa-apa. Tapi cerita tentang seorang teman saya ini mungkin bisa merubah kesimpulan itu.

Saya punya teman di Pulau Bunyu. Seorang anak muda, bersemangat, dan selalu ingin mencoba segala sesuatu yang baru. Tapi selalu pada akhirnya dia menemui jalan buntu pada tahap yang lebih lanjut. Sepertinya hal-hal baru yang dicobanya tidak pernah sampai final. Tapi itu tidak membuatnya jera untuk mencoba lagi hal-hal yang baru yang lain. Semula saya agak bingung dengan sikapnya itu. Saya fikir dia cuma buang-buang waktu saja. Tapi akhirnya saya paham. Bagi dia, kegagalan saat mencoba sesuatu membuatnya memiliki alasan untuk mencoba sesuatu yang lain lagi.

Teman saya itu memiliki usaha jual-beli ikan. Bisa dibilang sebagai tengkulak atau pemborong. Menampung hasil tangkapan dari nelayan dan mendistribusikan kepada penjual ikan yang sering berkeliling kampung atau kepada penjual ikan di pasar. Omset bisnisnya ini sebenarnya sudah cukup lumayan. Seharusnya dia tinggal memperluas target pasar. Tapi teman saya ini punya kecenderungan untuk mencoba bidang usaha lain. Sudah beberapa kali dia bereksperimen dalam berbisnis. Untungnya selama bereksperimen, bisinis jual-beli ikannya tetap jalan terus. Suatu saat dia pernah mencoba usaha pembuatan tepung ikan. Dia bilang ini bahan baku untuk pembuatan pupuk udang. Itu istilah dia untuk makanan udang yang dibudidaya di tambak. Lalu saya tanya apa produksinya sudah pernah dipasarkan. Dia bilang belum dan masih ditumpuk di pabriknya. Pabrik yang dia bilang adalah sebuah pondok sederhana yang didirikannya sendiri. He..he.. Saya sudah membayangkan sebuah pabrik yang besar dan menggunakan mesin. Lalu dia bercerita masih mencari penyalur hasil produksinya. Saya menjadi agak bingung, ternyata dia belum survey pasar. Kemudian saya baru tahu bahwa yang mendorongnya untuk memproduksi tepung ikan karena dia pernah membaca berita di satu harian nasional. Dalam berita itu disebutkan bahwa Indonesia masih kekurangan sekian ratus ribu ton tepung ikan untuk pembuatan makanan udang atau ikan yang dipelihara di tambak. Ini kata teman saya itu lho. Saya sendiri belum pernah membaca beritanya. He..he..he..

Setelah beberapa hari, saya mendengar ada beberapa teman menyarankan untuk mencari beberapa orang yang juga membuat tepung ikan untuk dijadikan partner kolektif pengiriman hasil produksi. Maksudnya supaya bisa menghemat biaya pengiriman produk ke pabrik yang katanya sementara ini hanya ada di pulau Jawa. Tapi lagi-lagi dia masih punya kendala. Produksinya belum bisa stabil karena dia masih bingung untuk memilih cara pengadaan ikan laut yang menjadi bahan baku tepung ikannya. Sebenarnya ada tiga cara untuk mendapatkan ikan yang akan dijadikan bahan baku tepung ikan. Dengan cara mencarinya sendiri di laut, menunggu para nelayan mengantar ikan-ikan itu ke “pabrik”nya, atau dia sendiri yang mengambil ikan-ikan itu dari perahu nelayan. Tiga cara itu terpaksa dijadikan pilihan karena “pabrik” tepung ikannya terletak jauh dari dermaga. Dan celakanya jenis-jenis ikan yang dia butuhkan jarang yang menjadi hasil tangkapan para nelayan. Wah…, koq makin jadi repot ya.

Belum selesai dengan episode proyek tepung ikan, teman saya itu sudah memulai proyek yang baru lagi. Kali ini dia mencoba usaha penyamakan kulit ikan pari. Pertama kali mendengarkan hal itu saya sempat heran. Kulit ikan pari disamak? Baru dengar sih. Biasanya orang menyamak kulit sapi, buaya, atau ular. Karena penasaran, saya langsung menanyakan hal itu kepadanya. Menurutnya, memang kulit ikan pari tidak sekuat kulit sapi. Tapi harganya lebih mahal kulit ikan pari. Alasannya kulit ikan pari lebih terlihat artistik dan merupakan barang langka. Kebanyakan fungsinya hanya ditempelkan untuk menambah keindahan pada produk dompet, tas, ikan pinggang, atau produk-produk lain yang terbuat dari kulit. Jadi bukan sebagai bahan baku utamanya.

Bagaimana sih ceritanya koq tiba-tiba dia mencoba usaha penyamakan kulit ikan pari? Menurut ceritanya begini, beberapa bulan yang lalu telah datang ke Pulau Bunyu beberapa petugas dari Dinas Perindustrian Kabupaten Bulungan. Seorang diantara mereka memperkenalkan tehnik penyamakan kulit ikan pari kepada beberapa orang nelayan Pulau Bunyu dengan mengadakan penyuluhan yang mengambil tempat di Kantor Koperasi "Beringin Sakti", koperasinya para nelayan di Pulau Bunyu. Ternyata teman saya itu tidak hadir pada penyuluhan tersebut karena waktu itu dia sedang berada di Tarakan. Tapi dia sempat mendapatkan buku panduan penyamakan kulit ikan pari dari pihak koperasi. Setelah mempelajari buku pandua itu, dia mulai tertarik dan mulai mempraktekkan pengetahuan barunya itu.

Pada awalnya beberapa kegagalan dialaminya. Itu karena dia belum menguasai cara pengerikan kulit dan pencampuran komposisi bahan-bahan kimia untuk proses penyamakan kulit. Bahan kimia yang dia butuhkan untuk proses penyamakan sulit didapatkan di daerah kami. Lagi pula bahan kimia yang digunakan untuk penyamakan kulit ikan pari lebih tinggi konsentrasinya dibanding untuk penyamakan kulit binatang lainnya. Itu membuatnya mencoba mencampur beberapa bahan yang menurutnya akan mendekati komposisi bahan kimia yang diinginkan. Berhubung dia bukan ahli kimia, hasil campuran bahan kimianya tidak memuaskan. Sering kali permukaan kulit ikan pari menjadi retak-retak setelah selesai disamak dan dikeringkan. Proses pengeringannya bukan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari, tapi cukup direntangkan ditempat yang sejuk. Istilahnya dianginkan.

Sampai sekarang teman saya itu masih penasaran dengan komposisi bahan kimia yang dia inginkan. Memang repot kalau tinggal di daerah terpencil seperti di tempat kami. Mencari bahan kimia untuk penyamakan kulit saja sulit sekali. Akhirnya saya menyarankan untuk mencari referensinya di internet. Kebetulan di Pulau Bunyu ada perpustakaan yang dikelola oleh comdev Pertamina Bunyu yang juga menyediakan beberapa unit komputer untuk akses internet. Mudah-mudahan teman saya itu bisa mendapatkan referensi yang pas untuk menyelesaikan permasalahannya itu. Barangkali ada pembaca yang bisa memberikan daftar link ke situs-situs yang menyediakan artikel-artikel tentang penyamakan kulit ikan pari?


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger